Rakhoitv

Exploring Yakitori Styles: From Classic to Contemporary

Yakitori, a popular Japanese dish primarily consisting of skewered grilled chicken, boasts a rich array of styles and preparations that reflect both traditional and contemporary culinary trends. At its core, yakitori typically falls into two main categories: tare and shio. Tare is a sweet soy sauce glaze that adds depth and complexity to the grilling process, often incorporating ingredients such as mirin or sake to enhance its flavor profile. Conversely, shio prioritizes the natural essence of the chicken, with the use of salt allowing the inherent taste to shine without distraction. This duality exemplifies the versatility inherent in yakitori, appealing to various taste preferences.

Regional differences in yakitori preparation offer a fascinating glimpse into Japan's diverse culinary landscape. For example, Tokyo-style yakitori often emphasizes the use of both the chicken's meat and offal, while the Kansai region may favor a more minimalist approach, focusing primarily on premium cuts. These regional variations are not merely geographical; they reflect the cultural and historical influences that shape Japanese cuisine. Diners can expect to encounter unique ingredients and preparation methods that differ from one region to another, thereby creating a rich tapestry of flavors and experiences.

Contemporary influences have also permeated the world of yakitori, leading to exciting innovations and fusion dishes that modern diners relish. Chefs are increasingly experimenting with non-traditional ingredients that span global cuisines, creatively infusing yakitori with flavors such as spicy kimchi or exotic spices. These inventive combinations not only honor traditional techniques but also breathe new life into the age-old dish. As contemporary culinary landscapes evolve, the integration of diverse flavors in yakitori continues to reflect a broader trend towards fusion cuisine, encouraging a delightful exploration of taste and tradition.

Kedubes Saudi Beri Catatan Penyelenggaraan Haji RI, Kemenag Angkat Bicara

 

 

 

Laporan Kedutaan Saudi soal Izin dan Visa

 

Kedutaan Besar Arab Saudi memberikan catatan penting terkait penyelenggaraan haji Indonesia. Mereka menyampaikan keprihatinan soal penggunaan visa non‑haji, termasuk visa ziarah, oleh sebagian jemaah Indonesia. Hal ini dianggap melanggar ketentuan dan dapat menimbulkan risiko bagi operasional haji secara keseluruhan. Kedubes mengingatkan supaya semua pihak mematuhi regulasi yang berlaku agar proses ibadah berjalan aman dan lancar.

 

 

 

Kemenag Tanggapi Peringatan dan Imbau Masyarakat

 

Menanggapi catatan tersebut, Kementerian Agama melalui Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief menegaskan akan meningkatkan kesadaran masyarakat. Kemenag sudah dihubungi langsung oleh Kementerian Haji dan Umrah Saudi, dan akan memperkuat sosialisasi larangan penggunaan visa selain visa haji resmi. Hilman menyebut banyak kasus di mana jemaah diberikan visa lain tapi dijanjikan sebagai visa haji—sehingga masyarakat perlu lebih waspada.

 

 

 

Upaya Perbaikan Layanan dan Pengawasan

 

Selain itu, Kemenag bekerja sama dengan instansi terkait seperti Imigrasi untuk memperketat pengawasan agar visa haji ilegal tidak terjadi. Koordinasi ini juga dilakukan demi menjaga profesionalisme pelayanan haji Indonesia. Negara Saudi pun menegaskan komitmennya untuk menyelenggarakan haji yang aman dan tertib, sementara Indonesia berupaya memastikan seluruh jemaah membawa visa resmi, guna menghindari sanksi atau deportasi.